CAPUNG YANG SOMBONG

ilustrasi : agus karianto
       Sejak perang teluk dimenangkan oleh tentara koalisi yang menggunakan teknologi pesawat helicopter canggih, ternyata membuat si Capung sombong dan angkuh. Sikap si capung jadi berubah terhadap teman-temannya. "Ternyata, teknologi yang meniru bentuk tubuhku bisa memenangkan perang khan," kata si capung menyombongkan diri. Setiap kali bertemu sahabatnya, ia senantiasa berlagak sombong dan suka berkata-kata yang menyakitkan. Bagi si capung, semua sahabatnya tidak ada yang bisa menandingi kehebatannya. Kalau ada sahabatnya mau memperlihatkan prestasi maka serta merta si capung akan berusaha mati-matian menjatuhkan mentalnya. Menghina. Meneror dengan kata-kata, bahkan tidak segan segan mengeluarkan fitnah agar sahabatnya tidak bisa berprestasi menyamai dirinya. "Gengsi kalau ada teman-teman yang berprestasi menyamai prestasiku," demikian kata si capung.
        Sikap si capung ini cukup meresahkan teman-temannya. Tidak ada yang berani menentang apa yang dikatakan si capung. Berdebat saja mereka selalu kalah, apalagi kalau memakai kekuatan fisik. Mereka ketakutan. Namun, semakin teman-teman si capung ketakutan atas sikap si capung, membuat si capung tambah sombong dan berlaku sewenang-wenang. Segala perintah si capung harus ditaati walau dalam hati sebenarnya berusaha menentangnya.
        Suatu saat, teman-teman si capung berkumpul untuk menyusun cara bagaimana menyadarkan kelakuannya yang semakin menjadi-jadi. Dan atas kesepakatan bersama, mereka akan menjebak si capung dengan menggunakan lem yang terbuat dari gelang karet yang direndam dalam minyak tanah selama seharian.
       "Nah, sekarang lem ini sudah jadi, teman-teman," kata kupu-kupu
       "Pasang lem di ujung sebuah lidi, lalu kita letakkan lidi tersebut di tanah lapang. Tentu si capung yang sombong itu akan menghinggapinya. Dan mari kita lihat apa yang bisa diperbuat dengan kesombongannya"
       Lalu mereka bersama-sama memasang lidi yang ujungnya diberi lem ke tengah lapang. Kemudian mereka melihatnya di kejauhan.
       Dan sudah menjadi kebiasaan, si capung selalu hinggap di tempat yang lebih tinggi dari tempat yang lainnya, maka ketika dia melintas di tanah lapang  segera hinggap di ujung sapu lidi tanpa menyadari bahwa sebenarnya lidi itu adalah jebakan buatnya.
       "Aduuuh....aduuuhhh...aduuhhh....tolong..tolong...toloooongg," teriak si capung saat tubuhnya lengket di atas lidi.
       "Horeee....horeee...horeee....," teriak teman-teman si capung sambil berlari mendekati si Capung yang kini tubuhnya tidak berdaya dipenuhi  lem.
       "Tolong aku, teman-teman...bebaskan aku dari lem yang menjijikkan ini, teman-teman," rintih si capung.
       "Hah...minta tolong?! Apa tidak salah pendengaranku? Hewan yang merasa dirinya kuat, perkasa, dan tidak ada teman yang sanggup menandinginya kok kini tidak berdaya...minta tolong lagi...Dimana kekuatanmu si sombong!"
        "Biarkan saja dia merasakan akibat keangkuhan dan kesombongannya!" bentak yang lain. "Biar dia sadar dan merasakan kalau hidup di dunia ini seharusnya saling tolong menolong, tenggang rasa, tidak sok jago, tidak semaunya sendiri! Kalau kamu sudah terjebak tak berdaya seperti ini lalu apa yang bisa kamu perbuat? Apa bisa kamu menolong diri sendiri dengan sikap angkuh dan sombongmu itu?"
         Mendengar penuturan teman-temannya, membuat si capung menangis dalam hati. "Memang benar kata teman-temannya, apa yang bisa ku perbuat sekarang ini?" pikirnya. Kini dia menyadari akan sikapnya yang salah selama ini. Sikap angkuh, sombong, mau menang sendiri, tidak suka menolong teman yang kesusahan tentu akan berdampak jelek bagi hidupnya, karena hidup di dunia ini tidak bisa hidup menyendiri tetapi perlu saling tolong menolong dengan sesama.


selesai,-


Pesan Moral :

hidup di dunia ini harus bisa tenggang rasa, saling tolong menolong dan tidak boleh merasa menang sendiri