KISAH AYAM-AYAM PAK SULAIMAN

          Di depan kandang ayam Pak Sulaiman nampak dua ekor ayam sedang membagi makanan. Ayam broiler berada di dalam kandang sedang ayam jago bebas berkeliaran di luar kandang. Keduanya memang sahabat sejati. Setiap Pak Sulaiman memberi makanan  kepada Broiler maka ayam jago yang berada di luar kandang pasti mendapat jatah dari si Broiler. Kemudian mereka makan bersama-sama.
         "Wah...makanan hari ini enak sekali, Broiler," kata ayam jago. "Sungguh baik ya, Pak Sulaiman kepadamu.
         "Iya, jago! Memang sudah saatnya aku mendapat makanan seperti ini," kata ayam broiler sambil meneteskan air mata. "Sudah tiba masanya...ya... sudah tiba masanya,teman"lanjut ayam broiler masih terus meneteskan air mata.
        Ayam jago keheranan melihat ayam broiler tiba-tiba menangis. Padahal saat itu, tidak ada yang memarahi atau melukai tubuhnya.
         "Lho...apa maksudmu dengan jawaban sudah tiba masanya? Memangnya ada apa? Sudah tiba masanya apanya? Dan kenapa kamu kok tiba-tiba menangis begitu? Ayolah ceritakan masalahmu padaku, barangkali aku bisa membantumu, broiler"
         Broiler tidak menjawab sepatah katapun kepada si Jago. Bahkan tangisnya semakin menjadi-jadi. Kedua ayam akhirnya melupakan makanan enak yang dihidngkan Pak sulaiman siang itu. Si jago hanya bisa diam. Dia enggan berkomentar lagi sebab takut pendapatnya ikut menambah kesedihan si ayam broiler.

          "Sudahlah ayam jago, memang ini sudah nasibku," kata si broiler menghibur diri. "Ayo kita lanjutkan makan siang kita. Lupakan peristiwa yang baru lalu yaaaa...." kata Broiler seraya meneruskan makanan yang ada di hadapannya.
           Sebaliknya si ayam jago kurang bersemangat lagi melahap makanan yang diberikan si broiler.
         "Lhoo...kamu kok jadi kurang bergairah menyantap makananmu, Jago," kata Broiler. "Sudahlah anggap saja tidak ada kejadian apa-apa tadi siang yaaaa..."
          Sejurus kemudian ayam Broiler tidak berkata sepatahpun. Sementara itu, sambil melanjutkan menghabiskan makanan pemberian Broiler, ayam jago kembali bertanya dan ingin mengorek keterangan  Broiler kenapa temannya itu kok tiba-tiba menangis.
          "Aku jadi ikut sedih, teman. Memangnya ada apa dengan kamu?"
          Si broiler menghentikan makannya, lalu berjalan mendekati si jago.
          "Begini, teman," kata Broiler memberi penjelasan. "Kalau dipikir-pikir Aku kepingin hidup seperti kamu saja, Jago. Hidup bebas. Bisa pergi kemana saja engkau mau. Kamu bebas memilih makanan yang kamu sukai. Bisa tidur dimana saja yang kamu mau. Kamu bisa bebas bermain dengan teman-temanmu kemana saja. Kamu bebas menikmati alam raya ciptakan Allah SWT ini. Dan bebas....."
           "Hei...hei...hei...kamu mau hidup seperti aku??? Apa nggak salah itu?" jawab si jago.
           "Benar , teman!"
           "Hush...padahal aku menginginkan hidup seperti kamu, Broiler," jawab Jago. "Hidupmu terjamin. Semua serba ada. Makanan setiap hari selalu tersedia dan tepat waktu lagi. Kamu tidak usah susah-susah mencari makanan. Rumahmu juga bagus, kalau musim hujan tidak akan kehujanan. Dan kamu kalau sakit tentu Pak Sulaiman akan cepat-cepat mengobatimu. Bukankah enak hidup seperti itu, Broiler?"
         "Ahh...kamu jangan mencoba hidup seperti aku, teman! Kamu jangan hidup seperti aku!Hiduplah seperti apa yang kau jalani hari ini. Biarlah aku saja yang menjalani hidup seperti ini"
         "Lho, memangnya kenapa, Broiler? Wajar khan setiap ayam menginginkan hidupnya serba terjamin dan tidak merasa sengsara menjalani hidup?" kata ayam jago berargumentasi.
         "Sudahlah, teman. Sebentar lagi kamu akan tahu kenapa aku menginginkan hidup seperti kamu. Syukuri saja hidup yang kamu jalani saat ini. Tidak usah terlalu banyak berkhayal. Apa yang kau terima hari ini nikmatilah. Karena belum tentu kehidupan yang kau khayalkan itu baik buat kamu. Dan pesan terakhirku...biarkanlah temanmu hidup dengan kehidupannya dan hiduplah kamu dengan kehidupanmu sendiri...."
          "Tapi.....kawan...."
           Dan belum sempat Broiler menjawab pertanyaan ayam jago, tiba-tiba datanglah dua orang karyawan Pak Sulaiman memegang tubuh Broiler dan membawanya ke tempat pemotongan ayam.
           Melihat si Broiler akan disembelih, ayam jago lari tunggang langgang sambil berkata :
           "Kasihan nasib Broiler. Benar kawan, kita harus bersyukur dengan kehidupan kita saat ini. Biarlah teman kita hidup dengan kehidupannya dan kita hidup dengan kehidupan kita sendiri." 


selesai,-

pesan moral cerita di atas :

Kita jangan suka memandang kehidupan ini tidak bernilai dengan membandingkan kehidupan teman kita yang memiliki kehidupan lebih baik. Tapi bersyukurlah dengan apa yang anda peroleh hari ini.