MENIKMATI SHOLAT

          Sepulang sekolah, Untari bergegas menuju rak buku ayahnya. Baju seragam masih melekat di tubuhnya. Di rak buku, diambilnya beberapa buku tuntunan sholat milik ayahnya. Lalu selembar demi selembar buku  yang membahas tentang sholat dibacanya. Setiap kali selesai membaca buku ia menaruhnya dengan wajah cemberut. Ada rasa kecewa di wajahnya. Sepertinya apa yang dicarinya tidak ditemukan juga.
           "Uuuh...dimana sih?" gumam Untari berkali-kali, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau ibunya sudah berada di hadapannya.
          "Lho...Untari masih belum ganti baju, belum makan dan belum sholat kok sudah baca-baca buku?" sapa ibunya "Hayoo...gak mau jadi anak sholehah lagi ya?
          "Iya, sebentar Bu... lagi tanggung nih. Tinggal satu buku lagi!" jawab Untari.
          "Duuh...sayangku lagi cari apa sih kok sampai lupa makan dan sholat?" sapa ibunya sambil duduk disamping Untari. Rambut Untari yang nampak kusut dibelai-belai sambil dirapikannya. Tidak lupa kecupan sayang ibunya mendarat di kedua pipi Untari.
          "Bu, tadi guru agama Untari bilang kita disuruh menikmati sholat. Nah...Untari jadi penasaran. Apa benar sholat bisa dinikmati? Emangnya sholat itu makanan ya?
          Mendengar penuturan Untari membuat ibunya tersenyum dalam hati. Dia bangga ternyata anak gadisnya sangat perhatian dalam masalah sholat yang menjadi kewajiban setiap muslim.
          "Kamu itu lucu, Untari. Sholat kok disamakan dengan makanan."
          "Tapi......"
          "Iya deh...begini saja, sekarang kamu ganti baju dulu, sholat lalu jangan lupa makan. Biarlah nanti kita tanyakan ayah saja ya."
          "Baik, Bu" jawab Untari sambil memunguti buku ayahnya untuk dikembalikan ke tempatnya. Dan secepat kilat ia masuk ke kamarnya untuk ganti baju, lalu mengambil air wudlu dan mengerjakan sholat.

***

          Sore hari, setelah sholat ashar, Untari bergegas hendak menemui ayahnya di ruang keluarga. Di sana sudah berkumpul ayah, ibu dan kakaknya. Ketika Untari datang, ayahnya sudah tersenyum dan mengetahui maksud anaknya sebab istrinya telah menceritakan kejadiannya.
         "Jadi...anak ayah mau menikmati sholat ya," kata ayah Untari sebelum anaknya menyampaikan maksudnya.
         "Iiih, ayah...tahu aja maksud kedatanganku," jawab Untari sambil merangsekkan tubuhnya diantara ayah dan ibunya. "Tapi benar khan  pak, kalau sholat itu tidak sama dengan makanan? Kok pak guru bilang menikmati sholat? Apa sholat sama dengan martabak bisa dinikmati?"
         "Hahahahaha.....bisa saja kamu!" kata ayah, ibu dan kakak hampir bersamaan.
         "Awas dosa lho kalau kamu bilang sholat sama dengan martabak," kakaknya menyela pembicaraan mereka.
         "Tapi aku khan gak salah. Bapak guru yang bilang begitu," jawab Untari tidak mau kalah.
         "Begini Untari, apa yang dibilang gurumu itu tidak salah. Memang seorang muslim harus bisa menikmati sholatnya. Bukankah di dalam Al-qur'an ada ayat yang mengatakan bahwa kita dianjurkan mengerjakan sholat dengan khusyuk yaitu sholat yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa kita berhadapan dengan Alloh SWT. Dalam Al-qur'an surat Al-mu'minun ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya". Jadi melaksanakan sholat sebaiknya tidak dilakukan dengan tergesa-gesa, tapi harus tumakninah."
         "Apa bisa dikatakan menikmati sholat itu sama dengan khusyu' dalam melaksanakannya, pak?"
         "Insyaaloh demikian maksud bapak gurumu," lanjut ayahnya.
         "Oooo jadi begitu. Alhamdulillah akhirnya rasa penasaranku terjawab sudah. Terimakasih, ayah."
         "Nah, kalau Untari sudah mengerti cara menikmati sholat, sekarang gantian kita menikmati oleh-oleh ayah," kata ibu Untari sambil membuka kotak bertuliskan Martabak spesial.
         "Alhamdulillah.....horeee....horeeee....horeeee...kita menikmati martabak spesial!" teriak Untari dan kakaknya kegirangan. Dan sore itu mereka menikmati Martabak spesial bersama-sama.


selesai-