BALAS JASA SEMUT HITAM KEPADA BURUNG PIPIT
Siang itu, ketenangan burung pipit dalam mengerami telurnya sedikit terusik, sebab ada seorang pemburu yang sejak pagi hari mondar-mandir sambil membawa senapan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari hewan buruan yang akan ditembaknya. Tentu saja burung pipit khawatir kalau saja dirinya yang akan menjadi sasaran tembak sang pemburu tersebut. Berkali-kali burung pipit berniat akan terbang menjauh, tapi niatnya dibatalkan ketika dilihatnya telur kesayangannya belum menetas juga. Jika sampai ia meninggalkan telur tersebut sekali saja tentu dirinya gagal melihat anaknya lahir. Dan telur tersebut tidak bakal menjadi burung pipit lagi.
"Wah....bagaimana ini? Kalau sampai pemburu itu melihatku tentu aku akan ditembaknya dan matilah aku....Huuuu...bagaimana ini?!" gumam burung pipit resah dengan nasibnya. "Kalau aku terbang menjauh pasti telurku ini gagal menetas dan aku tidak bisa melihat anakku....huuuu....bagaimana ini."
Burung pipit masih dalam kecemasan. Dia belai-belai telur yang ia erami. Berkali-kali ia pandangi telur tersebut dengan penuh harap agar segera menetas sehingga ia bisa secepatnya terbang menjauh agar tidak ditembak oleh pemburu. Ketika burung pipit mengintip sang pemburu untuk yang kesekian kalinya, kini hatinya makin gusar dan cemas sebab sang pemburu ternyata semakin dekat dengan tempatnya berada.
"Aduuhh....sang pemburu semakin dekat saja dari rumahku ini," kata burung pipit dalam hati. "Kalau sekarang aku terbang tentu dia akan dengan mudah membidikku dengan senapannya. Kalau aku berdiam diri maka cepat atau lambat pasti dia akan mengetahui juga keberadaanku di sini. Yah, biarlah aku akan bersama telur kesayanganku saja! Bagaimanapun keadaannya aku harus tetap bersama calon anakku!" demikian kata burung pipit yang ingin tetap bersama calon anaknya bagaimanapun keadaannya.
Ternyata dugaan burung pipit benar. Akhirnya. sang pemburu mengetahui kalau di salah satu dahan pohon ada seekor burung pipit yang bertengger di sarannya dan bisa dijadikan sasaran tembaknya. Dan tidak berpikir panjang, dia segera menyiapkan senapannya. Dia mulai membidik burung pipit tepat di tengah tubuhnya agar tepat jadi sasaran tembak. Dan ketika senapannya akan diletupkan, tiba-tiba dia berteriak keras-keras....
"Aduuuuhhhh.....sakiiiitttt....sakiiiitttt !" teriaknya. "Dooorr...." dan bersamaan dengan teriakan kesakitan sang pemburu terdengar juga letupan senjatanya. Ternyata saat dia merasa kesakitan tersebut bidikan senjata yang menuju burung pipit jadi melenceng. Konsentrasi sang pemburu buyar ketika dia merasakan kedua kakinya digigit oleh berpuluh-puluh semut hitam. Sang pemburu lari tunggang langgang menjauh dari tempat dimana burung bibit sedang mengerami telurnya.
Burung pipit keheranan melihat kejadian tersebut. Kenapa sang pemburu batal menembak dirinya? Kenapa dia sekarang malah lari tunggang langgang? Ada apa sebenarnya?
"Alhamdulillah....kita berhasil mengusir sang pemburu yang mau menembak teman kita, kawan," teriak semut hitam kepada laba-laba. "Benar, semut! Kasihan burung pipit kalau sampai tertembak sang pemburu. Dia khan lagi menanti kehadiran anaknya.. Dia butuh ketenangan."
Di dalam sarang, burung pipit hanya tersenyum mendengar teriakan teman-temannya. Ternyata mereka telah bekerjasama untuk menyelamatkan dirinya dari tembakan sang pemburu. Ternyata laba-laba dan semut hitam juga mengetahui bahwa sang pemburu akan menembak dirinya. Maka secepatnya laba-laba membentangkan tali jaringnya ke tempat dimana sang pemburu berdiri agar bisa dijadikan jalan bagi semut-semut hitam memasuki bagian-bagian kaki sang pemburu. Dan begitu sang pemburu akan menarik pelatuk senapannya maka secara serentak semut-semut hitam menggigit kuat-kuat kaki sang pemburu. Sehingga usaha pemburu akan menembak burung pipit bisa digagalkan.
"Terima kasih, teman-teman," kata burung pipit sambil terus mengerami telurnya. Sementara laba-laba an semut hitam tertawa senang melihat keberhasilan usahanya mengusir sang pemburu dari dalam hutan.
selesai,-
Moral Cerita : bila kita menolong sesama maka suatu saat kita pasti akan ditolong sesama juga disaat kita membutuhkan pertolongan.
"Wah....bagaimana ini? Kalau sampai pemburu itu melihatku tentu aku akan ditembaknya dan matilah aku....Huuuu...bagaimana ini?!" gumam burung pipit resah dengan nasibnya. "Kalau aku terbang menjauh pasti telurku ini gagal menetas dan aku tidak bisa melihat anakku....huuuu....bagaimana ini."
Burung pipit masih dalam kecemasan. Dia belai-belai telur yang ia erami. Berkali-kali ia pandangi telur tersebut dengan penuh harap agar segera menetas sehingga ia bisa secepatnya terbang menjauh agar tidak ditembak oleh pemburu. Ketika burung pipit mengintip sang pemburu untuk yang kesekian kalinya, kini hatinya makin gusar dan cemas sebab sang pemburu ternyata semakin dekat dengan tempatnya berada.
"Aduuhh....sang pemburu semakin dekat saja dari rumahku ini," kata burung pipit dalam hati. "Kalau sekarang aku terbang tentu dia akan dengan mudah membidikku dengan senapannya. Kalau aku berdiam diri maka cepat atau lambat pasti dia akan mengetahui juga keberadaanku di sini. Yah, biarlah aku akan bersama telur kesayanganku saja! Bagaimanapun keadaannya aku harus tetap bersama calon anakku!" demikian kata burung pipit yang ingin tetap bersama calon anaknya bagaimanapun keadaannya.
Ternyata dugaan burung pipit benar. Akhirnya. sang pemburu mengetahui kalau di salah satu dahan pohon ada seekor burung pipit yang bertengger di sarannya dan bisa dijadikan sasaran tembaknya. Dan tidak berpikir panjang, dia segera menyiapkan senapannya. Dia mulai membidik burung pipit tepat di tengah tubuhnya agar tepat jadi sasaran tembak. Dan ketika senapannya akan diletupkan, tiba-tiba dia berteriak keras-keras....
"Aduuuuhhhh.....sakiiiitttt....sakiiiitttt !" teriaknya. "Dooorr...." dan bersamaan dengan teriakan kesakitan sang pemburu terdengar juga letupan senjatanya. Ternyata saat dia merasa kesakitan tersebut bidikan senjata yang menuju burung pipit jadi melenceng. Konsentrasi sang pemburu buyar ketika dia merasakan kedua kakinya digigit oleh berpuluh-puluh semut hitam. Sang pemburu lari tunggang langgang menjauh dari tempat dimana burung bibit sedang mengerami telurnya.
Burung pipit keheranan melihat kejadian tersebut. Kenapa sang pemburu batal menembak dirinya? Kenapa dia sekarang malah lari tunggang langgang? Ada apa sebenarnya?
"Alhamdulillah....kita berhasil mengusir sang pemburu yang mau menembak teman kita, kawan," teriak semut hitam kepada laba-laba. "Benar, semut! Kasihan burung pipit kalau sampai tertembak sang pemburu. Dia khan lagi menanti kehadiran anaknya.. Dia butuh ketenangan."
Di dalam sarang, burung pipit hanya tersenyum mendengar teriakan teman-temannya. Ternyata mereka telah bekerjasama untuk menyelamatkan dirinya dari tembakan sang pemburu. Ternyata laba-laba dan semut hitam juga mengetahui bahwa sang pemburu akan menembak dirinya. Maka secepatnya laba-laba membentangkan tali jaringnya ke tempat dimana sang pemburu berdiri agar bisa dijadikan jalan bagi semut-semut hitam memasuki bagian-bagian kaki sang pemburu. Dan begitu sang pemburu akan menarik pelatuk senapannya maka secara serentak semut-semut hitam menggigit kuat-kuat kaki sang pemburu. Sehingga usaha pemburu akan menembak burung pipit bisa digagalkan.
"Terima kasih, teman-teman," kata burung pipit sambil terus mengerami telurnya. Sementara laba-laba an semut hitam tertawa senang melihat keberhasilan usahanya mengusir sang pemburu dari dalam hutan.
selesai,-
Moral Cerita : bila kita menolong sesama maka suatu saat kita pasti akan ditolong sesama juga disaat kita membutuhkan pertolongan.