KUPERSEMBAHKAN PIALA UNTUK IBUNDA

 
        Hari Minggu siang itu, terjadi kegaduhan di rumah Bu Aisyah. Si Fikri, anak keduanya yang masih duduk di bangku TK nol kecil tidak ada di rumah. Dimas, kakak Fikri merasa serba salah sebab dia yang telah diberi amanah ibu untuk menjaga adiknya ternyata tidak sengaja ketiduran. Ia telah teledor. Akibatnya. kemana adiknya pergi dia sama sekali tidak mengetahuinya.  Para tetangga yang merasa iba kepada Ibu Aisyah secara spontan ikut membantu mencari keberadaan si Fikri. Setiap rumah warga dicari. Rumah teman-teman Fikri telah didatangi. Toko-toko dan warung telah didatangi. Dan nyaris seluruh gang-gang desa  disusuri namun tidak ada tanda-tanda tentang keberadaan si Fikri.
      "Aduuhh ! Kemana sih perginya anak itu? Sudah siang begini juga belum pulang juga." kata Bu Aisyah.
      "Kamu sih, Dimas...diberi amanah menjaga adikmu ..tapi ditinggal tidur...kalau sudah tidak ada begini mau lepas tanggung jawab !"
       Dimas hanya bisa pasrah dimarahi ibunya akibat keteledorannya dalam menjaga adiknya.
      "Suami ibu apa sudah diberi tahu akan hal ini, Bu Aisyah?" tanya para tetanggga.
      "Iya...barangkali si Fikri ikut ayahnya," sela Pak RT
      "Maaf, ibu-ibu. Ayahnya Fikri sudah saya telepon dan dia sekarang tidak bersama Fikri. Dan sekarang juga  beliau juga minta tolong teman-temannya untuk ikut mencari dimana keberadaan si FIkri."
      "Ooooo...begitu ya? Tapi mudah-mudahan si Fikri tidak sampai diculik orang  ya, Bu."
      "Hush ! Jangan berpikiran dan mendoakan seperti itu. Kasihan khan bu Aisyah bisa tambah bingung bila mendengar ucapanmu tadi."
      "Tapi benar khan, akhir-akhir ini banyak anak kecil yang diculik orang untuk diperdagangkan dan dijual ke luar negeri?"
       "Iya, Bu....tapi saya harap dalam situasi seperti ini kita jangan menambah masalah kepada Bu Aisyah. Kita sebaiknya berdoa saja agar si Fikri segera ditemukan."
      "Sebaiknya Bu Aisyah tenang saja ya di rumah. Kami warga kampung akan segera mencarinya sampai anak itu kembali."
      "Terima kasih, Pak RT...terima kasih Pak RW...dan terima kasih semua warga." 
       "Sudahlah Bu Aisyah...sudah menjadi kewajiban warga untuk gotong royong membantu warga yang sedang mendapat musibah."
       "Terima kasih, Pak. Memang tidak biasanya anak itu main-main sampai menjelang dhuhur begini. Dan kalau main biasanya tidak terlalu jauh."

                                                              ****

        Bersamaan dengan azan dhuhur tiba, ada seorang warga yang berteriak-teriak telah melihat kedatangan Fikri. Dan begitu mendengar kabar gembira tersebut, spontan seluruh warga termasuk Bu Aisyah dan Dimas cepat-cepat pergi keluar rumah untuk menemui Fikri.
        Di kejauhan, seorang warga sedang menggendong seorang anak kecil berumur 5 tahunan. Dan di sampingnya ada seorang warga lain sedang berjalan membawa serta sebuah piala besar.
       "Benar, itu anakku. si Fikri," teriak Bu Aisyah. "Fikriiiiiii.......anakku!"
        Betapa senangnya Bu Aisyah dan Dimas serta seluruh warga ketika melihat bahwa Fikri sudah diketemukan. Dan Bu Aisyah segera meraih si Fikri dari gendongan warga yang membawanya pulang.
        "Aduh..anakku, dari mana saja sih sejak pagi tadi sampai siang baru kembali? Ibu, Dimas dan seluruh warga semua resah mencarimu sejak tadi."
        "Maaf, Bu Aisyah," kata seseorang yang menggendong kepulangan Fikri. "Maaf, apabila ketiadaan Fikri sejak tadi pagi meresahkan warga. Sebenarnya si Fikri sejak tadi ikut lomba kreatifitas seni di Sekolah Dasar kampung sini. Saya sejak tadi ikut memperhatikan aktifitas Fikri dalam mengikuti lomba. Dan ternyata kreatifitas si Fikri ini luar biasa dan sanggup mengalahkan lawan-lawannya setingkat Sekolah Dasar, Lho. Dan piala besar yang dibawanya itu adalah hasil perjuangannya setelah meraih nilai tertinggi dan berhak mendapat Juara pertama"
        Betapa terkejutnya Bu Aisyah, Dimas, Pak RT, Pak RW dan seluruh warga mendengarnya. Fikri Sang Juara Kreatifitas Seni. Fikri sang Seniman Cilik. Fikri yang membuat resah warga ternyata diam-diam mengikuti lomba dan memenangkan lomba sehingga menjadi juara pertama. "Luar biasa....luar biasa...", kata para tetangganya.
        "Wuaaahhhh....selamat ya, Bu Aisyah. Ternyata anak ibu memiliki bakat seni yang luar biasa.  Ternyata di kampung kita telah lahir seniman cilik yang patut diandalkan ....Selamat ya Bu," kata para warga memberi ucapan selamat kepada Ibu Aisyah sambil minta ijin pulang ke rumah masing-masing.
        "Terima kasih....terima kasih."
         "Fikri....ibu bangga punya anak seperti kamu. Ibu bangga memiliki anak yang memiliki bakat terpendam yang luar biasa. Ibu bangga kamu bisa meraih prestasi dan mempersembahkan piala juara. Tetapi yang tetap ibu tidak setuju apabila Fikri pergi bermain atau ikut lomba namun tidak minta ijin dulu kepada ibu atau kakakmu. Ibu minta lain kali kemana saja Fikri beraktifitas harus tetap minta ijin dulu, mengerti anakku?"
          Fikri cuma bisa diam saja sambil memandangi piala yang ia terima.
         "Ibu....maafkan Fikri ya....sebenarnya Fikri ingin membuat kejutan di hari Ulang Tahun ibu. Fikri ingin mempersembahkan Piala ini untuk ibu....selamat ulang tahun ya, ibuku sayang."
         Ibu Aisyah seketika terdiam. Ternyata Fikri yang masih kecil ingat betul akan hari ulang tahunnya. Dan kini.....
         "Ooohhh Fikri....terima kasih ya, Nak...Terima kasih ya...hadiah istimewanya...," kata Bu Aisyah sambil terus memeluk si Fikri erat-erat dan berkali-kali memberikan kecupan sayang kepadanya. Sementara si Dimas ikut larut dalam kegembiraan akan kembalinya Fikri ke rumah lagi.    

    


selesai....

sumenep, 8 oktober 2012