AKIBAT KUCING YANG SERAKAH

Gambar : agus karianto

           Hari masih pagi, matahari belum menampakkan diri. Hewan-hewan masih banyak yang tidur. Namun di kejauhan nampak seekor kucing berjalan tergopoh-gopoh. Ia berjalan sambil membawa ember berisi susu yang diletakkan di punggungnya. Sesekali ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepertinya ia takut ada teman yang mengikutinya. "Syukurlah tidak ada yang melihatku," kata si kucing dalam hati.
           Ketika si kucing merasa tubuhnya capek ia berniat untuk istirahat. Ia mencari tempat yang aman dari pengamatan teman-temannya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti manakala ia berjumpa dengan seekor Kancil yang sedang memeluk sebatang pohon bambu. Si kancil berkali-kali mencoba menggigit pohon bambu, seolah-olah hendak memecahkan batang bambu, namun dilepaskan lagi. Setelah usahanya gagal, si kancil nampak bersedih dan menangis. "Hu hu hu hu....gagal lagi usahaku," demikian rintih si kancil di hadapan si kucing.
           Si kucing merasa iba dan ikut bersedih melihat si Kancil menangis tersedu-sedu. Lalu ia berusaha menyapanya.
           "Hei, kenapa kamu bersedih dan  menangis, Kancil?" tanya si Kucing.
           Si Kancil tidak menjawab, bahkan tangisannya semakin menjadi-jadi. "Huuuhuuuuhuuuhuuuuu."  Sebenarnya tangisan si kancil di hadapan si kucing hanya pura-pura saja. Dia berniat memberi pelajaran si kucing yang terkenal serakah dan suka mencuri susu milik teman-temannya. Si kancil jengkel setiap kali mendengar laporan akan kecurangan si kucing kepada teman-temannya.
           "Wah, si kancil benar-benar bersedih, nih," pikir si kucing. Kemudian si kucing meletakkan ember yang berisi susu di bawah pohon. Dan si kancil masih memegang erat-erat batang pohon bambunya.
           "Hei, Kancil...kenapa kamu bersedih ? Bolehkan aku tahu permasalahanmu?"
           "Heeemmm....wah senang sekali apabila kamu bisa membantuku, Kucing," jawab si kancil.
           "Iya...tapi apa masalahnya?"
           "Begini, kawan," kata si Kancil mulai menyusun siasat. "Malam tadi aku mendapat batang bambu ajaib yang jatuh dari langit. Meskipun bambu ini tidak mempunyai akar namun lihatlah daun-daunnya nampak hijau segar. Pasti di dalamnya ada air ajaib di 6 ruasnya yang membuat daun-daun bambu ini nampak masih hijau segar. Pasti air ajaib itu bisa membuat kita awet muda dan sakti. Oleh karena itu, aku berusaha memecahkannya. Namun usahaku gagal. Aku sedih, kawan."
          "Wah, ada air ajaib yang bisa membuat awet muda? Aku harus bisa merebutnya dari tangan si Kancil," pikir si Kucing. "Dasar si Kancil bodoh. Seharusnya membuka batang bambu dengan benda runcing seperti cakarku ini. Mana bisa memecah batang bambu dengan giginya."
          " Begini saja, Cil," kata si kucing. "Bagaimana kalau batang bambumu ini aku tukar dengan setengah ember susuku?"
          "Hahhh! Ditukar dengan Setengah ember susu? Ogah yaaaa....enak aja satu batang bambu ajaib ditukar setengah ember susu. Kamu tidak adil. Kamu mau enaknya sendiri. Kamu serakah," kata si Kancil sambil terus memeluk batang bambunya.
          "Tapi susu ini masih segar dan lezat lho....kamu tinggal minum saja...enakkk, Cil. Daripada kamu kesulitan memecahkan batang bambu itu? Serahkan saja padaku. Kamu bisa menimati setengah ember susu ini"
          "Ogaaaahhhh.....gak mauuuu....tidak sudiiii....Sekali tidak mau ya tetap tidak mau," kata si Kancil pura-pura bertahan dan menganggap bahwa batang bambunya benar-benar sakti.
          "Kalau begitu...bagaimana kalau aku minta hanya setengah saja batang bambumu dan kita tukar dengan setengah ember susuku. Nah...adil kan?"
          "Ogaaahhh...enak saja bambu ini dipotong separo...kesaktiannya bisa hilang, Cing!"
          Si Kucing makin penasaran dengan sikap si Kancil. Dirinya harus bisa memiliki batang bambu itu bagaimanapun caranya agar dirinya bisa tetap awet muda dan sakti. Kalau dirinya sakti tentu ia bebas berbuat apa saja kepada teman-temannya. Ia bebas memiliki susu milik siapapun tanpa takut terhadap teman-temannya. Dan akhirnya ia nekat ingin menukar seember susunya dengan batang bambu yang dimiliki si Kancil.
          "Begini saja, Cil. Bagaimana kalau batang bambumu itu aku tukar dengan seember susuku ini?"
           Si kancil pura-pura keberatan dengan usul si kucing. Padahal dalam hati ia merasa bahwa kali ini si kucing akan menemui batunya. Kali ini si Kucing akan menerima ganjaran akan keserakahan dan kelicikannya.
          "Kalau itu maumu, aku sih setuju-setuju saja, Cing. Tapi kamu ikhlas nggak menukar susumu dengan batang bambu ini?" tanya si Kancil.
          "Ikhlas, Cil. Ayo mana batang bambumu!" kata si kucing tidak sabar ingin memiliki batang bambu milik si kancil. Dan ia akan segera memecahkannya agar bisa segera meminum air ajaib yang ada di tiap ruasnya. "Aku akan menjadi Kucing Sakti dan senantiasa awet muda. Asyiiikkkk," kata si kucing senang.  
          Kemudian si kancil melepaskan batang bambunya. Setelah Ia meraih seember susu milik si Kucing, lalu ia pergi meninggalkan si kucing sendirian.
          "Horeeee....aku akan menjadi kucing sakti.iiiii!" teriak si kucing. Kemudian ia mengeluarkan cakar-cakarnya. Batang bambu yang ada dihadapannya dicakar-cakar berkali-kali agar bisa pecah. Ia terus berusaha memecahkannya. Akhirnya, setelah dengan perjuangan yang keras ia berhasil memecahkan batang bambu di hadapannya. Namun ternyata air sakti yang diharap-harapkannya ternyata tidak ada. Ia hanya mendapati ruas-ruas bambunya kosong tidak ada apa-apanya. Sedangkan daun bambu yang masih hijau disebabkan pohon bambu masih baru dipotong.
         "Haahhhh! Sialan...mana air sakti itu!!???" teriak si kucing. "Dasar si Kancil pembohong...aku telah ditipunya. Aku telah ditipunya....," kata si Kucing sambil bergegas lari mengejar si kancil yang telah membawa seember susunya.      


selesai

sumenep, 17 Nopember 2012