PAK KANCIL PENUNGGU SERULING SAKTI


              Siang itu, Pak Kancil berjalan-jalan berkeliling kampung. Memang sejak musim kemarau panjang ini ia lebih senang berada di luar rumahnya. Hujan yang belum turun membuat udara terasa panas. Namun, beda rasanya dengan udara yang ada di luar rumah terasa lebih sejuk. Apalagi bila berada di bawah pohon. Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesa tumbuhan membuat badan terasa segar. Sehingga Pak kancil bisa betah berlama-lama berteduh di sana.
              Saat itu, seperti biasanya ia ingin berteduh di bawah pohon. Ia mencari pohon yang lebih rimbun dari pohon yang lainnya. Kali ini ia mencoba berjalan menuju pepohonan yang ada di samping hutan bambu.
            "Wah, disana pasti udaranya lebih sejuk," pikir Pak Kancil sambil terus mempercepat jalannya.
            Benar juga, ternyata tempat yang dituju Pak Kancil cukup rimbun. Apalagi hutan bambu yang ada di depannya sangat lebat sehingga membuat tempat di sekitarnya menjadi teduh.
            Sesampai di sana, kemudian Pak Kancil mencoba merebahkan diri dibawah pohon. Angin yang berhembus cukup kencang menambah sejuk udara di siang hari itu. Dan Pak Kancil mulai merasa kantuk.
Sesekali matanya terpejam, namun ketika angin berhembus kencang matanya kembali terbuka. Saat angin kencang berhembus terdengar bunyi mengaung keras yang ditimbulkan dari hutan bambu. Suaranya mirip orang lagi bersiul.
            Ketika Pak Kancil kembali tertidur, tiba-tiba datang angin yang cukup kencang. Pohon-pohon bergoyang. Dan pohon tempat Pak Kancil tiba-tiba patah....Kraaaaakkkkkkkk......
Pak kancil terbangun. Ia terkejut dan berusaha lari menjauh. Namun, kecepatan larinya kalah dengan kecepatan robohnya pohon yang menjadi tempat bernaungnya. Dan patahan pohon tersebut menjepit tubuh Pak. kancil. "Aduuuuuhhhh....sakit," teriak Pak Kancil. "Toloooonnggg....tooloooongggg....tolooonggg !"
Berkali-kali Pak kancil berteriak minta tolong, namun tidak ada temannya yang lewat di sana. Memang tempat berteduh Pak kancil ini jauh. Mungkin hanya beberapa temannya saja yang mengetahuinya.
Sambil menunggu bila ada temannya datang, Pak Kancil mencoba membebaskan diri dari himpitan pohon. Namun, usahanya selalu gagal. Tenaga Pak kancil semakin lemah. Apalagi ia belum makan siang juga.
Pak Kancil nyaris putus asa. Sesekali ia menangis menyesali diri. "Harusnya aku tidak berteduh di bawah pohon yang telah rapuh disaat musim angin kencang begini," keluh kesahnya. "Ya ini akibatnya kalau melanggar hukum alam. Pohon yang rapuh biasanya rawan roboh bila diterjang angin kencang. Ya, mau bagaimana lagi....sekarang aku harus minta bantuan teman-teman."
           "Toloooooooooonngggggg," teriak Pak Kancil sekeras-kerasnya. Dan rupanya teriakan ini bisa didengar seekor harimau yang berjalan di balik hutan bambu.Si harimau segera berlari mendekati Pak Kancil.Dia terkejut melihat Pak kancil nampak meringis kesakitan.
          "Hallo, kawan...memangnya kenapa kamu kok berteriak-teriak minta tolong?" tanya si Harimau.
          Pak Kancil merasa senang sebab ada temannya yang mengetahui keberadaannya. Namun, nyalinya kembali menciut manakala yang datang si Harimau. Bukankah dia adalah musuh bebuyutannya. Kalau saja si harimau tahu bahwa dirinya tidak berdaya tentu dia akan senang luar biasa. Dia akan dengan mudah melumat tubuh Pak Kancil. Oleh karena itu, Pak kancil berusaha mencari akal agar si harimau percaya terhadap omongannya.
          "Oooooo....si harimau ternyata yang pertama kali mendengar pengumumanku," kata Pak Kancil. "Wah beruntung sekali nasibmu, kawan."
          "Lho..lhoo...lhooo....pengumuman apa, Cil? Lalu, beruntung apanya? Bukankah kamu tadi berteriak minta tolong. Kamu kan tidak mengumumkan sesuatu?"
          "Hohohohoho...benar, Kawan. Dengan cara seperti itulah aku ingin menarik perhatianmu, sehingga kamu datang kemari"
           Si harimau semakin tidak mengerti arah pembicaraan Pak Kancil.
          "Memangnya beruntung seperti apa yang kamu maksudkan, Cil?"
          "Begini, kawan," kata Pak Kancil. "Sebenarnya sejak siang tadi aku berada di sini. Aku diperintah Sang raja untuk menunggu seruling Saksi yang disimpan di balik rerimbunan bambu. Aku tidak boleh meninggalkan sesaatpun tempat ini. Sebab nanti malam sang Raja akan mengambil seruling saktinya. Konon, dengan seruling sakti itu kita bisa mendatangkan seluruh makanan yang kita inginkan. Nah, sang raja takut kehilangan seruling saktinya, sehingga aku dipaksa menungguinya. Agar aku tidak bisa pergi, maka tubuhku dihimpit dengan pohon ini. Dan nanti aku akan dijadikan pengawal pribadi sang raja. Aku sebenarnya menolak. Aku merasa kurang pantas dijadikan pengawal pribadinya"
          "Tapi, aku tidak melihat seruling itu," kata si harimau.
          "Hei, ya tentu saja kamu tidak dapat melihatnya. Khan seruling itu seruling sakti. Nah, sebentar lagi kamu akan bisa mendengar suaranya bila angin mulai berhembus."
          Dan tidak berapa lama ketika angin berhembus cukup kencang terdengar suara dari hutan bambu.
          "Huuuuuuuuu.....tuiiiiiiiittttt.....tuiiiiittttt....ciiiiiitttt...huuuuu....tuiiiiiiiittttttt."
          Si Harimau mendengarkan suara sambil kepalanya manggut-manggut. "Oh...merdunya," gumamnya. Ia mulai terpengaruh cerita Pak Kancil.Ia mulai mempercayai cerita Pak Kancil.
          "Wah, benar kamu, Pak kancil," kata si Harimau. "Suara serulingnya sangat merdu dan melengking. Wah enak benar kamu akan dijadikan pengawal pribadi sang raja. Tentu di kerajaan makanannya enak-enak, yaaa."
          "Itulah, aku tidak suka menjadi pengawal raja. Tidak suka."
          Dan si harimau mulai berpikir bahwa memang si kancil kurang cocok apabila dijadikan pengawal raja. Selain tubuhnya kecil, tidak berwibawa dan tidak akan ditakuti anak  buah sang raja. Kini si harimau berniat ingin merebut kedudukan Pak Kancil. "Kalau sang raja mendapat pengawalanku, tentu tidak ada yang bisa bertindak macam-macam terhadap sang raja. Aku khan hewan yang paling ditakuti. Aku khan sang raja hutan," pikir si Harimau mulai timbul sikap sombong dan takaburnya.
         "Begini saja, Pak Kancil. Biar aku saja yang menjaga seruling sakti sang raja. Aku ingin menolongmu. Biar aku yang menggantikan kedudukanmu di situ. Bagaimana ?" tanya si Harimau.
         Mendengar ucapan si harimau membuat Pak kancil senang bukan kepalang. Rencananya berhasil. "Si harimau sombong dan gila hormat itu ternyata masih serakah ingin kedudukan yang lebih tinggi," pikir Pak Kancil. Kini si sombong itu akan menuai buah kesombongannya.
          "Aduuuhhh terima kasih, kawan. Memang kamu layak menjadi pengawal pribadi sang raja."
          "Lalu, bagaimana caranya aku bisa menggantikan kedudukanmu, Pak Kancil?"
          Kemudian, Pak Kancil mulai menyuruh si harimau agar menggeser pohon yang menghimpit tubuhnya terlebih dahulu. Karena tubuh si harimau sangat besar, maka hanya dengan sekali geser saja pohon yang menghimpit Pak kancil berhasil ia singkirkan. Setelah Pak Kancil berhasil membebaskan diri dari himpitan pohon, maka kini giliran si Harimau tidur terlentang. Dan Pak Kancil mengangkat pohon yang telah menghimpitnya untuk dihimpitkan ke tubuh si harimau.
          "Siap....,kawan....satuuuu...duuuaaa...tiiigaaa," teriak Pak Kancil sambil melemparkan pohon ke arah harimau. Bruuuukkkk....dan tubuh si harimau kini terhimpit pohon. "Aduuuuhhh....sakit, Pak Kancil," teriak si harimau.
          Si harimau berteriak-teriak kesakitan. Ia mencoba melepaskan diri dari himpitan pohon, Namun, usahanya selalu gagal. Ia berusaha menarik tubuh Pak Kancil. Tetapi Pak kancil sudah melompat menjauh meninggalkan tubuh si harimau sombong yang kini telah terhimpit pohon.
          "Hahahahaha....si harimau sombong ternyata bisa dikelabui juga. Mana ada di dunia ini seruling sakti yang bisa mendatangkan makanan sendiri. Kalau ingin mendapatkan makanan kita harus berusaha. Kita harus bekerja untuk mendapatkannya. Mana mungkin hanya dengan bermalas-malasan kita mendapatkan makanan. Hahahahahahaha....Tidakkah kamu tahu bahwa bunyi seruling tadi sebenarnya adalah suara yang berasal dari rerimbunan bambu yang ditiup angin kencang. Memang suaranya begitu. Hahahaha...."
           Si harimau akhirnya menyadari akan kebodohannya. Kenapa ia mudah percaya cerita teman tanpa berpikir dampaknya. Kenapa ia mudah tergoda jabatan yang belum tentu sesuai dengan kemampuannya sehingga melupakan akal sehatnya. Kini penyesalan si harimau tidak ada artinya.
           Sementara itu, kini Pak Kancil merasa senang bisa hidup bebas. Dia berjalan sambil berlompat-lompatan pulang ke rumahnya.



selesai


sumenep, 2 Nopember 2012


moral cerita : Jangan suka merasa bangga dengan kekuatan diri sendiri sehingga meremehkan kekuatan
                     lawan. Jangan gegabah memutuskan sesuatu persoalan penting tanpa memikirkan dampak
                     jangka panjangnya.