KISAH SI KATAK DAN SI BELALANG

illustrasi : agus karianto

        

          Siang itu, kerajaan binatang sedang terjadi huru-hara. Seorang raksasa telah mengobrak-abrik seluruh desa. Tidak peduli rumah si kaya atau pun si miskin semua dirusaknya. Sarang-sarang binatang ikut dirusak pula. Seluruh makanan penduduk dia lahap sampai habis. Sumber air minum dia minum sampai habis juga. Akhirnya sumber makanan dan minuman di desa semakin menipis. Rakyat dan hewan-hewan semakin menderita karena kekurangan makanan dan minuman.
        Setiap hari si raksasa senantiasa mengejar-ngejar rakyat ataupun hewan-hewan. Dia tidak segan-segan melukai siapa saja yang ditemuinya. Dia merasa seolah-olah hanya dia sendiri yang bisa berkuasa di kampung yang sedang didudukinya. Apapun yang dilakukannya tidak ada yang berani memprotesnya. Rakyat dan hewan-hewan semakin marah dan resah melihat ulah si raksasa.  Namun mereka tidak bisa berbuat apa apa. 
       Akhir-akhir ini rakyat dan para hewan semakin geram dengan ulah si raksasa. Mereka marah karena si raksasa telah menyebarkan racun kepada seluruh rakyat dan hewan-hewan. Siapa saja yang terkena racun si raksasa maka seketika matanya terasa pedih dan akhirnya menjadi buta. Setiap pagi si raksasa senantiasa berjalan ke sudut-sudut kampung untuk mencari sasaran jadi korbannya. Rakyat dan hewan-hewan yang menjadi buta semakin resah dan sedih karena sekarang mereka tidak bisa berakitifitas lagi. Mereka tidak bisa bekerja mencari makan untuk anak-anaknya. Mereka hanya bisa berharap pertolongan dari yang maha kuasa agar ada seseorang yang bisa membebaskan penderitaan mereka.
      Siang itu, ada seekor katak  yang selamat dari racun si raksasa. Dia sedih melihat kampungnya semakin sepi karena penduduknya menderita buta. Dia sebenarnya ingin menolong mereka, namun karena tubuh  si katak kecil sehingga dia agak ragu untuk bisa melawan si raksasa sendirian. "Sekali diinjak pasti aku akan tewas di bawah kaki si raksasa," gumam si katak. "Tapi kalau bukan aku lalu siapa lagi  yang bisa menolong mereka? Kokon katanya penawar racun si raksasa tersimpan di dalam mulutnya. Aku harus bisa membuat dia membuka mulutnya agar penawan racun itu keluar. Aku haris bisa menggelitik tubuhnya agar mulutnya terbuka. Tapi mana aku sanggup hinggap di tubuhnya yang tinggi besar begitu?"
      “Assalamu'alaikum, teman-teman," sapa katak .
      "Wa'alaikumussalam warohmatullahiwabarokatuh...wah mendengar cara bicaranya... apakah kau si katak?" jawab si kudanil. "Kau masih selamat dan tidak buta, kawan?"
       "Alhamdulillah, kawan," jawab si katak. "Aku kebetulan memiliki kelopak mata yang besar yang bisa melindungi mataku saat si raksasa itu menyebarkan racunnya. Akhirnya aku selamat."
       "Tolonglah kami, Katak...tolonglah kami...tolonglah engkau cari obat penawar racun mata ini," 
       "Jangan khawatir, kawan..aku akan menolong kalian. Namun bagaimana caranya agar aku bisa mengeluarkan penawar racun yang tersimpan dalam mulut si raksasa itu? Tubuhku amat kecil. Lalu bagaimana caranya agar aku bisa mengalahkan si raksasa itu?  apa yang bisa aku perbuat?"
       Dan semua hewan-hewan terdiam. Mereka tidak bisa menyalahkan sikap si katak yang takut menghadapi si raksasa. Mereka sadar bahwa tubuh si katak amat kecil dibandingkan dengan tubuh si raksasa. Akhirnya mereka menjadi putus harapan. Mereka pasrah dengan penderitaan yang dialaminya saat ini.
      Namun di tengah kebingungan mereka menyusun rencana untuk mengalahkan si raksasa, tiba-tiba majulah seekor belalang  buta yang memberanikan diri ingin bekerjasama dengan si katak untuk melawan si raksasa.
     “Aku mau melawan si raksasa.” kata si belalang buta
     “Hah? si belalang buta akan melawan si raksasa? Gila !”
     “Aku sebelumnya sudah menduga kalau kalian akan meragukan kemampuanku. Memang tubuhku kecil namun aku memiliki lompatan yang bagus daripada kalian. Kalau kita mengandalkan tenaga  tentu siapapun akan tidak sanggup menghadapi si raksasa.  Kita harus menggunakan akal untuk bisa mengalahkan si raksasa itu. Oleh karena itu aku akan bekerjasama dengan si katak untuk melawan si raksasa. "
     “Wah benar. Lompatanmu sangat jauh. Dan pasti kamu bisa secepat kilat mengalahkan si raksasa. Tapi bagaimana caranya?” kata pak sapi.
      “Lalu bagaimana kamu bisa melawan si raksasa. Bukanlah matamu juga buta, kawan?” tanya pak sapi.
       “Begini, Pak sapi. Si katak harus membawaku mendekati mulut si raksasa. Dan si katak harus mengarahan tubuhku tepat ke kepalanya. Nah aku usahakan hanya dengan sekali lompat aku harus bisa hinggap di mulut si raksasa. Bagaimana kamu sanggup, katak?”
     “Wuah...ide yang cemerlang. Ayo kita laksanakan, kawan. Mari kamu naik ke kepalaku. Biar aku membawa kamu mendekati mulut si raksasa."
         Lalu si kodok melompat-lompat mendekati tubuh si raksasa sambil membopong tubuh si belalang di atas kepalanya. Agar si belakang bisa sedekat mungkin mencapai mulut si raksasa maka si katak membawanya menaiki pohon yang tinggi setinggi tubuh si raksasa.
      “Okey...kita sekarang sudah setinggi si raksasa. Dan aku sudah mengarahkan tubuhku tepat ke arah kepala si raksasa. Okey...siap... kamu siap melompat, kawan. satuuu...dua...tiii..gaaaa!!!”
      Dan....”Staaaappppppppp...” dengan sekali lompatan si belalang sudah menempel ke mulut si raksasa yang sedang tidur. Si belalang segera menggigit mulut si raksasa kuat-kuat. Selesai menggigit bagian mulut, lalu si belalang melompat ke tubuh raksasa yang yang lain dan mengigit sekuat tenaga juga. Setelah itu dia  melompat ke bagian tubuh raksasa yang lain dan menggigit sekuat tenaga juga. Demikian seterusnya. Si raksasa terbangun. Dan dia berteriak sekencang-kencangnya karena  merasakan tubuhnya kesakitan digigit si belalang. ”Aduuuhhhh...sakiit...tolooongg...tolooooooong..sakiiitttt.”
        Si raksasa lupa saat mulutnya terbuka dan meraung-raung kesakitan maka obat penawar racun kebutaaan yang disimpan di mulutnya tertumpah. Hal ini tidakdisia-siakan oleh seluruh rakyat dan seluruh hewan untuk meraihnya demi menyembuhkan kebutaan matanya. Dalam sekejap mata semua rakyat dan seluruh hewan matanya sembuh seperti semula.
      “Horeee...horeee..hooreee... alhamdulillah... akhirnya kita bisa melihat kembali...Hidup belalang dan si katak...” teriak seluruh rakyat dan hewan.
        Mendengar teriakan seluruh rakyat dan seluruh hewan bahwa mereka bisa melihat kembali maka si raksasa menjadi ketakutan. Tanpa pikir panjang ia berusaha lari sekencang-kencangnya menjauh sambil merasakan tubuhnya kesakitan digigit si belalang  di sekujur tubuhnya.


selesai,-

moral cerita : kesuksesan itu akan terasa mudah dan indah apabila kita bisa bekerjasama dengan
                            orang lain.