KISAH BERUANG DAN KERA

gambar : agus karianto
       Pada suatu hari di pinggir hutan, ada seekor beruang sedang berjalan sambil menangis. Dia berjalan terhuyung huyung
 sambil kedua tangannya memegangi perutnya. Sesekali terdengar suara Kruyuuuk...kruyuuukk...kruyuuuk... dari perutnya. O, rupanya si Beruang sedang kelaparan, nih.
       Tidak jauh dari tempat beruang menangis, ada seekor monyet sedang memperhatikannya.
       "Assalamu'alaikum, Beruang," sapa si monyet "Memangnya ada apa kamu berjalan sambil menangis dan pegang-pegang perut begitu?"
       "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Monyet. Aku menangis karena perutku lapar nih. Sudah tiga hari aku tidak menemukan makanan secuil pun. Hu..hu..hu..huuuuu...".
       "Kasihan benar nasibmu, Beruang," kata si monyet. "Tapi tidak usah khawatir, teman. Aku ada sedikit persediaan makanan untukmu.Lumayan bisa untuk mengganjal perutmu yang kosong. Ayo ikut aku!"
        Mendengar kata makanan, spontan si Beruang menghentikan tangisannya. Lalu dia berjalan mengikuti si Monyet. Terbayang dalam pikirannya sebuah makanan yang lezat milik si Monyet.
       "Ayo, Nyet! Tunjukkan dimana makananmu. Aku sudah sangat lapar, nih!" demikian rengek si Beruang kepada Monyet.
       "Ya, sabar dong, kawan. Sabar itu disayang Alloh SWT lho".
       Kemudian, si Monyet dan si Beruang berjalan beriringan memasuki hutan. Si Beruang nampak semangat berjalan di sebelah si monyet. Rasa lapar di perutnya tidak dihiraukan lagi, sebab dia membayangkan sebentar lagi akan menikmati makanan sepuas-puasnya.
       "Nah, di sanalah tempat makanan yang aku maksudkan itu, Beruang," kata Monyet sambil  menunjuk ke arah pohon durian. Pohon durian itu buahnya banyak dan telah masak. Dari jauh aromanya sudah tercium harum.
      "Horeeeeeeeeee....horeeee....horeee....akhirnya aku dapat makanan!!" teriak Beruang kegirangan sambil berlari mendekati pohon durian.
       Si Monyet  tersenyum melihat temannya sudah melupakan kesedihan akibat perutnya lapar. Beruang berjalan sambil menari-nari kegirangan menuju pohon durian. Namun ditengah kegirannya itu, tiba-tiba si Beruang kembali bersikap murung dan sedih, sebab buah durian itu ternyata tempatnya tinggi menggantung di ranting-ranting pohon.
       "Lho, ada apa lagi, Beruang? Kok kamu bersedih lagi?"
       "Nyet, buah durian itu tempatnya cukup tinggi. Aku tidak bisa memanjatnya. Tolong ambilkan aku sebuah, dong!" rengek Beruang kepada si monyet.
        Si monyet menyadari bahwa tubuh beruang yang besar tidak memungkinkan untuk memanjat pohon durian.
       "Baiklah, sahabatku." jawab monyet sambil berlari dan melompati ranting demi ranting pohon durian di depannya. Dan dalam sekejap saja dia telah berada pada dahan pohon yang terdapat buah duriannya.
        "Awas, beruang! Menjauhlah dari pohon ini sebab bila kamu tertimpa buah durian ini badanmu akan terasa sakit!" teriak monyet sambil menjatuhkan sebuah durian.
       Betapa senang si Beruang mendapat buah durian. Lalu secepatnya buah durian itu dibuka, dan tanpa pikir panjang, si Beruang mulai melahap sebiji demi sebiji buah durian tersebut. Akhirnya, dalam sekejap  buah durian itu habis dilahapnya. "Wuih, lezat benar buah ini, tapi kalau rasanya masih kurang," demikian pikir Beruang.
       "Hoi, Nyet! Perutku masih terasa lapar nih. Tolong ambilkan buah durian lagi!" perintah Beruang. Lalu si Monyet mengambilkan lagi sebuah. Dan dalam sekejap buah durian itu dihabiskan lagi. Demikian Beruang mengulanginya sampai berkali-kali.
      "Wah, Beruang kok jadi serakah begini?" pikir si Monyet. Si  monyet akhirnya merasa tidak suka dengan sikap serakah si beruang. Maka ketika Beruang menyuruh mengambilkan buah durian lagi, dia menolaknya.
       "Hoi, Nyet! Ambilkan sebuah lagi!" bentak Beruang.
       "Nggak mau! Kamu serakah gitu!"
       "Ambilkan, Nyet...cepaaattt!!" teriak beruang.
       "Awas ya ! Kalau kamu nggak mau mengambilkan buah durian itu lagi maka aku akan memukul kepalamu," demikian gertak Beruang sambil mengayunkan kedua tangannya hendak memukul kepala si monyet.
Namun secepat kilat monyet berusaha menghindarinya, lalu ia berlari dan naik ke atas pohon durian. Kini si Monyet telah bertengger di atas dahan dan tidak mau turun. Beruang makin jengkel sebab kalau si Monyet ada di atas pohon, dia tentu tidak akan dapat mengejarnya sampai kapan pun. Oleh karena itu, kemudian Beruang dengan kedua tangannya meraih pohon durian sambil terus mengancam si Monyet : "Hoi. Nyet! Kalau kamu tidak mau mengambilkan durian lagi maka aku robohkan pohon ini!" demikian bentak Beruang sambil menggoyang-goyang pohon durian.
       "Awas, Beruang! Jangan lakukan itu....bahaya! Tubuhmu akan celaka!" teriak Monyet mengingatkan sahabatnya.
Namun sayang peringatan si Monyet tidak dihiraukan Beruang. Bahkan untuk yang kesekian kalinya ia terus menggoyang-goyang pohon durian makin kencang dengan tujuan si Monyet segera turun.
       Namun sayang bukan monyet yang turun melainkan beberapa buah durian yang masak terlepas dari tangkainya dan satu persatu menimpa tubuh Beruang....."Bukkk...bukkk...bukkk....bukkk....bukkk"
Beruang berteriak kesakitan. Dan ia lari tunggang langgang menjauh dari pohon durian sambil merasakan kesakitan ditimpa berpuluh-puluh buah durian.



-selesai-