AYAM JAGO PAK DUDUNG



      Sore itu, halaman rumah Pak Dudung ramai sekali. Tidak terkecuali anak-anak, orang dewasa, bapak-bapak dan  ibu-ibu. Mereka  berdatangan karena ingin menyaksikan keindahan tubuh dan  kemerduan suara ayam jago yang baru dibeli Pak Dudung dua minggu yang lalu.
     Kabar tentang keindahan tubuh dan kemerduan suara ayam jago tersebut memang sudah terdengar hampir di seluruh penjuru kampung. Sehingga tidak heran apabila setiap hari halaman rumah Pak Dudung senantiasa ramai dikunjungi masyarakat hanya untuk melihat dan mendengarkan keindahan suara ayam jagonya Pak Dudung.
     Kegembiraan masyarakat melihat ayam jago Pak Dudung ternyata membuat iri dan rasa tidak senang  ayam jago-ayam jago kampung yang sejak lama tinggal di desanya Pak Dudung. Sebab kini perhatian para pemiliknya telah berubah terhadap mereka. Para pemiliknya kini jarang merawatnya lagi, jarang memandikannya lagi, jarang memberi makanan yang bergizi lagi kepadanya. Kini perhatian para pemilik ayam jago beralih kepada ayam jago milik Pak Dudung.
      "Wah, gawat kalau kita dibiarkan hidup begini, kawan," kata ayam jago kampung kepada sahabatnya.
      "Kita harus segera bertindak !" teriak ayam jago kampung yang lain.
      "Harus itu ! Tapi bagaimana caranya, kawan-kawan?"
      "Kita harus segera mengadakan demonstrasi....ya demonstrasi....protes kepada para pemilik kita !" seru yang lain.
      "Hahahaha....bagaimana caranya ? Apa kekuatan kita dan bisakah para pemilik kita mendengar keluh kesah kita ? Sementara kita masih banyak bergantung kepada pemilik kita dalam mendapatkan makanan...yaaa walaupun cuma makanan sisa tapi Alhamdulillah masih bisa menyambung umur kita !"
      "Pokoknya tidak bisa....kita harus protes...kita harus demonstrasi...para pemilik kita dusah bertindak yang kurang adil....para pemilik kita sudah menomorduakan keberadaan kita...kita harus protes !!!"
       "Protes ya protes...tetapi kita harus mengatur strategi agar keluh kesah kita didengarkan oleh para pemilik kita, kawan! Kita jangan cepat emosi!"
       "Lalu bagaimana caranya?"
       Kemudian seekor ayam jago yang tergolong senior mulai memberikan usulan dan pendapat kepada teman-temannya yang sudah tidak sabar dengan sikap pemiliknya.
      "Teman-teman," kata ayam jago senior memulai pembicaraannya. "Ternyata kehebatan ayam jago Pak Dudung yang banyak dikagumi para pemilik kita sebenarnya ada celah kekurangnnya yang bisa kita manfaatkan untuk memprotes pemilik kita."
       "Ada kekurangnnya, katamu, senior? apanya???!!!"
       "Begini, kawan. Ternyata ayam jago Pak Dudung hanyalah ayam jago pemalas. Dia hanya berkokok indah kalau dilihat oleh pemilik atau yang menyaksikannya. Sedangkan dia malas kalau berkokok waktu pagi hari karena dia selalu bangun siang hari. Nah...kelemahan itulah yang bisa kita manfaatkan, teman-teman!"
      "Maksudmu...kita tidak berkokok di pagi hari ya...?"
      "Tepat....kita akan protes kepada para pemilik kita dengan tidak berkokok di pagi hari agar para pemilik kita tidak bisa bangun pagi hari, sehingga mereka akan kesiangan untuk pergi ke sawah."
      "Siiipppplah....kapan kita lakukan, kawan?"
      "Ya...secepatnya...besok pagi saja...pokoknya semua ayam jago harus kompak....!"
      "Setuju....setuju...setujuuuuu.....setujuuuu....semua harus kompak !!!" teriak semua ayam jago kampung hampir bersamaan.
                                                               ***

      Pagi itu, semua ayam jago kampung memulai aksinya. Mereka diam seribu bahasa. Mereka semua menahan diri untuk tidak berkokok di pagi hari. Dan hal ini tidak diduga sama sekali oleh para pemiliknya. Para pemilik ayam jago kampung masih melanjutkan tidur. Mereka tidak sadar bahwa hari sudah semakin siang. Mereka lupa bahwa hari ini adalah hari penting untuk menanam padi di sawah.
     "Ya, ampun....hari sudah siang....bangun-bangun bangun....ayo kita segera ke sawah!" teriak bapak-bapak dan ibu-ibu
      "Kok bisa sih kita bangun kesiangan begini?" gerutu para bapak.
      "Sepertinya kita tidak mendengar kokok ayam jago kita? ada apa dengan ayam jago kita ? Apakah mereka sakit ?"
      "Iya, Pak! sepertinya ayam jago kita sakit sebab sudah dua minggu ini kita sama sekali tidak memperhatikannya. Kita jarang memberikan makanan lagi kepada mereka. Perhatian kita selama ini tertuju pada ayam jago Pak. Dudung."
      "Tapi...bukan hanya ayam jago kita yang tidak berkokok, Bu! Ternyata ayam jago milik Pak Ahmad, Pak Suto, Pak Rafli dan milik tetangga yang lain juga tidak berkokok pagi tadi!"
      "Apa mungkin mereka protes karena kita tidak memperhatikannya lagi ya ,Bu?!"
      "Ya...bisa saja itu, Pak! Bukankah ayam jago juga makhluk hidup yang membutuhkan perhatian juga. Kita telah mengekang kebebasan hidupnya  dengan memasukkan dalam kurungan dan seharusnya kita juga harus bertanggung jawab dalam memperhatikan kehidupannya dengan memberikan makanan yang berkualitas serta memperhatikan kesehatannya juga. Kalau kita sewenang-wenang mengekang kebebasan hidup makhluk hidup namun kita tega tidak memperhatikan kehidupannya maka kita termasuk orang dholim. Maka bisa saja mereka protes dengan cara mereka sendiri seperti yang kita alami sekarang."
     "Wah kita jadi rugi sendiri apabila mereka terus-terusan protes! Pekerjaan kita bisa porak poranda, nih!"
      Dan siang itu, para pemilik ayam jago kampung menyadari akan keteledoran sikapnya selama ini. Biarlah ayam jago Pak Dudung cuma bisa sebagai tontonan. Mereka cukup bersyukur dengan ayam jago kampung yang dimilikinya. Ayam jagonya bisa berkokok di pagi hari untuk membangunkan tidur mereka, sehingga mereka bisa bangun dipagi hari untuk bisa beribadah dan berangkat bekerja di sawah.
     Ayam-ayam jago kampung merasa senang. Mereka kini lebih diperhatikan pemiliknya. Mereka menghentikan protesnya. Dan setiap pagi hari, mereka kembali bersahut-sahutan saling berkokok untuk membangunkan orang untuk bisa bangun pagi hari agar orang-orang bisa beribadah dan berangkat pergi ke sawah di pagi hari.